'til i don't
“selamat malam,” sapa jihan segera saat motornya berhenti di hadapan sang terkasih.
cana melebarkan senyumnya, “malam jihan.”
“ke taman biasa?” tanya jihan ketika cana sedang mengenakan helmnya. cana mengangguk menjawab pertanyaan jihan sebelum naik ke boncengan motor kekasihnya.
jihan menepuk tangan cana yang melingkar di perutnya pelan kemudian mulai melajukan motornya menjauh dari rumah cana.
•••
setelah setengah jam mereka menikmati perjalanan dengan keheningan, mereka sampai di taman dekat kompleks perumahan jihan. agak mondar-mandir memang, tapi sudah biasa.
cana menghembuskan napasnya kasar bersamaan dengan pantatnya yang dia hempaskan ke ayunan.
“lumayan rame ya,” celetuk cana ketika jihan duduk di ayunan sampingnya.
“masih jam tujuh soalnya,” balas jihan.
cana mengangguk pelan kemudian mulai menggerakkan ayunan yang dia duduki.
“sekarang kenapa lagi?” celetuk jihan. kepalanya dia tolehkan memperhatikan sang kekasih yang sedang menatap orang-orang lain di sekitarnya tanpa ekspresi. “cana?” panggil jihan.
“love?” panggil jihan lagi ketika kekasihnya tidak juga menaruh atensi kepadanya.
“oh eh, sorry,” ujar cana ketika lengannya disentuh pelan oleh pemuda di sebelahnya.
“kenapa?” tanya jihan lagi.
“kakak. biasa...” jawab cana pelan. “dia pergi nggak ngerti ke mana, pesan mama papa juga nggak ada yang dijawab. udah dua hari baru pulang sore tadi,” lanjutnya.
jihan ngangguk pelan dengar cerita dari cana. pemuda jangkung itu ikut menggerakkan ayunannya.
“udah tadi mama libur. gue disuruh ini itu padahal ada ph fisika. capek,” ujar cana melanjutkan ceritanya.
“iya. istirahat bentar sama gue,” balas jihan. cana menolehkan kepalanya ke sang kekasih kemudian tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
setelahnya hening tidak ada percakapan antara mereka. suara yang masuk ke telinga hanya suara dari daun-daun yang bergesekkan terhembus angin dan suara-suara berisik orang lain.
keduanya memilih untuk fokus ke pikiran masing-masing sambil asyik menggerakkan ayunan yang mereka duduki.
“jihan?” panggil cana tiba-tiba.
“iya?” jawab jihan.
“kalau lo pergi gimana...?” tanya cana ragu.
“cana... gue nggak pernah ngomong kalau gue bakal selalu ada sama lo karena gue juga takut keadaan maksa gue buat pergi. gue berusaha sekeras yang gue bisa buat stay. tapi itu nggak bisa jadi patokan apa gue bakal menetap selamanya atau nggak,” jawab jihan. “na, gue selalu ngeyakinin diri lo buat naruh percaya terbesar ke diri sendiri bukan ke orang lain karena ini. people come and go, kita nggak ngerti bakal gimana besok. daripada lo udah naruh percaya besar ke orang lain tapi keadaan malah bikin lo hilang percaya ke dia,” lanjutnya.
cana menundukkan kepalanya, menatap kaki yang sedaritadi memainkan tanah yang dia pijak. kepalanya terangkat sedikit ketika tiba-tiba kekasihnya berjongkok di depannya.
jihan menggenggam satu tangan kekasihnya dan mengelusnya lembut, “cana, you're one of the strongest person i've ever met. you can do it even if you don't have a person that you can rely on them. ya? gue berusaha di samping lo terus tapi jangan terlalu bergantung sama gue. gue takut lo jatuh terlalu keras kalau gue kecewain lo.”
“cintanya jihan nggak boleh nambah luka lagi ya?” gumam jihan sembari menangkup kedua pipi pemuda di depannya.
“jihan...” lirih cana. jihan terkekeh pelan kemudian mengecup lembut dahi cana.
“i love you.”
“until when?”
“i wish can be forever. but, until i don't love you.“