setelah tau kalau jisung sudah ada di bangunan yang sama dengannya, chenle langsung lari ke ruangan di sebelahnya.
“KOK NGGAK NGABARIN?!” seru chenle bersamaan dengan pintu kamarnya yang dia buka.
“heiii berisik bi. kata mama lo kerja ya nggak mau gue ganggu, nanti nggak selesai-selesai,” jelas jisung. kedua tangannya dia rentangkan, “sini.”
chenle yang diberi rentangan tangan langsung bergegas nubruk tubuh sahabatnya yang daritadi sudah asik rebahan.
“sudah selesai belum kerjaannya?” tanya jisung setelah posisi chenle nyaman di pelukannya.
“sudah.”
“stres ya lo? resign aja sana,” ujar jisung.
“pala lo resign, gue bosnya anjing!” seru chenle kesal sambil mukul bahu jisung rada kencang.
jisung meringis kemudian ngusap bahunya yang jadi korban pukulan chenle, “brutal amat cinta.”
“capeekkk!” keluh chenle. wajahnya dia usak kasar di dada jisung. “ah jelek lo!” makinya tiba-tiba bersamaan dengan wajahnya yang juga diangkat.
“bocah tantrum. dah tidur yuk tidur,” kata jisung sambil bawa kepala chenle menyandar ke dadanya lagi.
“pengen ke magelang lagi,” lirih chenle. selimut yang daritadi cuma nyelimutin tubuh jisung dia tarik supaya tubuhnya juga tertutup kain itu. “pengen pak aceng,” lanjutnya.
“widih bocah magelang banget tuh pak aceng,” ejek jisung. ruangan yang tadi menyala terang sekarang jadi temaram karena lampu yang sudah jisung matikan.
“ya enak kok,” balas chenle.
jisung tertawa pelan kemudian elus lembut rambut kesayangannya itu, “ya besok waktu liburan ya.”
“eh gum,” panggil chenle.
“apa?”
“lo kangen sunoo nggak? jujur,” tanya chenle tiba-tiba.
“tiba-tiba amat lo,” kata jisung. dia eratkan rengkuhannya di pinggang chenle sebelum cium lembut kepala laki-laki itu, “nggak lah, ngapain kangen deh? kenapa sih?”
“nggak tau, tiba-tiba keinget dia. sekarang dia gimana ya?” ujar chenle.
“nggak gimana-gimana,” celetuk jisung.
“idih.”
dengar balasan sahabatnya itu jisung langsung ketawa geli. dia kemudian memiringkan posisinya supaya bisa menatap mata laki-laki di sebelahnya.
“gue sebenernya ke sini mau ngabarin sesuatu. mau dikasih tau sekarang atau besok?” tanya jisung. poni yang sedikit menghalangi mata chenle disampirkan jisung ke belakang telinga laki-laki manis itu.
“ih apaan...” lirih chenle. bibirnya menyebik kesal, padahal tadi sudah ngantuk sekarang jadi nggak napsu tidur. “sekarang aja,” ucapnya final.
“jadi gue ada kerjaan di luar kota, sekitar lima harian. berangkat senin,” kata jisung.
“ih...” lirih chenle lesu. ketika air matanya tiba-tiba mengalir keluar chenle langsung menenggelamkan wajahnya lagi ke dada sang sahabat.
“besok kan sabtu, main yuk?” ajak jisung sambil usap lembut rambut cintanya.
“nggak mau main...” lirih chenle.
“ya terserah vana pokoknya gum sama vana seharian besok,” kata jisung.
“maaf ya... akunya lagi clingy...” sesal chenle sambil hapus air matanya yang mengalir di kedua pipi.
“iya nggak papa, cuma lima hari kok habis itu gum langsung pulang,” balas jisung. “itu gum bawain parfum, nanti kalau kangen semprot aja di bear,” lanjutnya.
“ya...”
kecupan jisung kembali mendarat di kepala chenle, “jangan loyo dong, yang semangat. gumnya pulang kok.”
“padahal kangen banget... malah pamit mau pergi...” keluh chenle.
“iya maaf... kemarin belum sempet mampir,” balas jisung.
“sama.”
“yaudah yuk bobok aja biar besok enak kalau mau ke mana-mana.”
“besok mau cukur kumis gum.”
“yaela.”
“yaela yaela! nggak boleh cium pipi lo awas aja anjing, risih,” ujar chenle kesal sambil menenggelamkan wajahnya ke dada jisung. “ANJING LO YA!” umpat chenle tiba-tiba karena pipinya dicium kasar oleh jisung.
“tanda cinta.”
“pala lo tanda cinta!”
fin—