sentuhan dan beberapa paragraf cerita.

kemarin jisung jatuh dari sepeda saat bersepeda dengan chenle sore hari. alhasil lututnya dapat luka agak lebar dan pipinya dapat luka kecil.

suasana hati chenle jadi tidak baik karena kecelakaan kecil hari kemarin. dia paling benci kalau sahabatnya itu dapat luka. rasanya seperti chenle tidak bisa menjaga pemuda itu padahal jisung selalu menjaga dia.

“jangan cemberut mulu dong,” ujar jisung saat chenle sedang mengobati luka di lututnya sore ini di balkon.

“masih sakit nggak?” tanya chenle.

jisung terkekeh pelan kemudian mengangguk, “iya masih.”

“maaf ya,” lirih chenle. pandangannya sekarang teralih ke wajah tampan jisung. “pipinya sekarang,” ucapnya.

“gue pangku yuk sini,” ajak jisung sambil menepuk pahanya. dia tertawa gemas saat chenle malah makin melengkungkan bibirnya ke bawah. “sini ah, cemberut mulu,” perintah jisung setelahnya.

setelah menghela napasnya kasar, akhirnya chenle bangkit dari duduknya untuk berpindah ke pangkuan jisung. dia nyamankan posisinya dengan hati-hati takut mengenai luka di lutut jisung.

“jangan cemberut terus dong,” celetuk jisung saat chenle sudah kembali fokuskan atensi ke dirinya.

“nggak suka liat lo luka,” ucap chenle.

“kenapa emangnya? wajar kan ada kecelakaan? memang guenya yang nggak hati-hati tapi kan udah kejadian,” kata jisung. pipi putih chenle dia usap lembut dengan tatapan yang tidak dia palingkan dari mata pemuda di pangkuannya. jisung kembangkan senyum tipisnya kemudian hidung milik chenle dia cubit gemas. “jangan lama-lama deh jengkelnya. kasian guenya dong dicemberutin mulu,” ujarnya sembari terkekeh pelan.

chenle cibir pelan pemuda jangkung itu kemudian kembali ke kegiatannya semula. setelah luka di pipi jisung selesai diberi obat, jari chenle bermain di atas wajah pemuda tersebut.

“ngapain sih?” tanya jisung saat bibirnya ditarik-tarik pelan oleh chenle. “sini cium pipinya,” ujar jisung sambil menekan lembut pipi chenle.

“nggak boleh nanti kena lukanya,” tolak chenle.

“nggak, sini pelan-pelan,” bujuk jisung. dia tarik pelan tengkuk chenle guna mendekatkan pipi pemuda itu ke bibirnya. kecupan lembut jisung beri di pipi kiri chenle. “yang kanan,” gumam jisung sebelum pipi kanan chenle juga dia beri kecupan ringan.

“dah, cemberutnya udahan yaa?” bujuk jisung. mata milik chenle dia usap lembut sebelum dia beri kecupan juga.

chenle menghela napasnya penat. “besok lagi hati-hati,” ujar chenle sambil menyandarkan kepalanya tepat di sebelah kepala jisung.

“iya sayang, maaf ya bikin khawatir,” balas jisung. pipi yang tidak memiliki luka dia tumpukan ke kepala pemuda yang lebih tua. jisung hampiri punggung chenle dengan usapan lembutnya. celana pendek yang chenle pakai dia tarik pelan supaya bisa lebih menutupi paha putih itu. pantat chenle dia beri tepukkan pelan setelah itu.

“kangen koko...” gumam chenle. matanya yang sudah memberat sedaritadi karena angin sore makin memberat karena usapan-usapan jisung. “gumelar aku panggil koko sehari aja boleh nggak?” cicit chenle sebelum matanya benar-benar tertutup.

“kangen bener-bener jadi adik lo ya?” gumam jisung. tangannya merengkuh pinggang chenle lebih erat. “lo kena angin sedikit kenapa langsung merem sih,” gumam jisung sambil terkekeh geli.

jisung nikmati sorenya dengan chenle yang tertidur di pangkuan. dia bergelut dengan pikirannya sendiri ditemani dengkuran halus dari chenle.

saat dirasa angin berhembus makin kencang jisung memilih untuk membangunkan chenle. kalau kakinya tidak kenapa-napa pasti langsung dia gendong pemuda manis itu masuk ke dalam dengan nyaman. saat ini dia tidak bisa berdiri tegak, takut nantinya kalau dia paksakan untuk menggendong chenle malah terjadi hal tidak mengenakkan.

“sayang, bangun yuk? bangun sebentar pindah kamar. anginnya udah kenceng,” kata jisung lembut. dia usap lembut rambut chenle, “bangun sebentar sayang. gue lagi nggak bisa gendong lo.”

“apa...?” lirih chenle sembari membuka matanya perlahan.

jisung kecup lembut ujung hidung chenle, “bangun sebentar. pindah kasur, udah dingin.”

chenle bergumam pelan sebelum akhirnya bangkit perlahan dari pangkuan jisung. dia berlalu ke dalam kamar dan langsung menjatuhkan dirinya di kasur, meninggalkan jisung yang masih duduk di balkon.

“dasar bocah.”