first conversation
candra meletakkan ponsel di sebelahnya, memutuskan untuk fokus menikmati angin sore dan rokok di jarinya. sangat canggung untuk candra karena biasanya hanya dia orang yang duduk menikmati sore di kursi pinggir sungai kota. beberapa orang biasanya hanya lewat dan tersenyum ramah padanya, tidak ada yang berniat duduk istirahat sejenak karena penat akan hari.
pemuda itu melirik pemuda asing yang duduk sekitar dua meter di sebelahnya. wajahnya tampan kalau candra boleh jujur, tipe murid yang bisa terkenal sampai ke luar sekolah karena tampangnya. candra tipe murid yang masa bodoh dengan yang namanya sosialisasi, teman satu sekolah saja tidak pasti dia tahu apalagi di luar sekolah.
“how's life?” celetuk pemuda di samping candra tiba-tiba.
candra menolehkan kepalanya cepat, “pardon? you asked me?”
“iya. siapa lagi?” jawab pemuda itu sambil menolehkan kepalanya memandang candra.
“kamu kenal saya?” tanya candra bingung.
“tau aja. kamu anggota paduan suara smansa kan?” tanya pemuda itu. candra hanya mengangguk mengiyakan perkataannya. “saya dalu janggala, panggil aja dalu. jaga-jaga siapa tau kamu bingung nyebut saya,” lanjutnya memperkenalkan diri.
candra mendengus pelan kemudian kembali menatap pepohonan di depannya dan menghisap rokoknya, “saya candra abimayu.”
“kamu sering ke sini?” tanya candra.
“sering. saya ke sini setiap minggu, makanya kamu nggak ketemu saya,” jawab dalu. pemuda yang lain menganggukkan kepalanya merespon jawaban dalu.
“kenapa kok sering ke sini?” tanya dalu.
“anginnya enak kalau sore,” jawab candra.
“oh... kirain biar bisa ngerokok tanpa ketauan,” celetuk dalu sambil meminum kopinya. “oh bener berarti,” kata dalu enteng ketika candra terbatuk setelah kalimat sebelumnya dia lontarkan. candra melirik dalu tajam sebelum menghembuskan napasnya kesal.
“kamu sendiri ngapain ke sini setiap minggu?” tanya candra ke dalu.
“pengen aja. di rumah sepi.”
setelahnya kedua pemuda itu hanya menikmati waktunya masing-masing. canggung yang candra rasakan sedikit berkurang karena pemuda di sebelahnya.
“rokok enak ya?” tanya dalu tiba-tiba.
“ya gitu,” jawab candra singkat. “mau coba?” tawar candra.
“nggak. takut kecanduan,” jawab dalu.
“emang kamu bukan coffee addict?” tanya candra. “lagian kalau kamu bisa nahan diri ya nggak bakal kecanduan. saya juga stress smoker,” lanjutnya.
“lagi stres?” tanya dalu.
candra mengulum bibirnya gugup kemudian melirik dalu sekilas, “nggak. pengen aja.”
“aneh,” dengus dalu.
candra memutar matanya kesal, “kamu ngapain ke sini? kan sekarang hari selasa.”
“pengen aja.”
candra mencibir pelan jawaban yang dia dapat dari dalu. candra terlonjak kaget ketika satu batang permen mendarat di pangkuannya.
“saya mau pulang. itu buat kamu,” kata dalu sembari bangkit dari duduknya.
candra menatap punggung pemuda itu yang sudah berjalan menjauh dari tempatnya duduk. dia mengerutkan dahinya bingung kemudian mengambil permen yang tadi dalu lempar.
“makasih?” monolognya. dia menggelengkan kepalanya heran kemudian menatap tempat dalu duduk tadi.
“asu, de'en ki bali disik ben aku sek ngresiki sampah'e po piye?” dumal candra ketika mendapati gelas plastik bekas kopi milik dalu ditinggal begitu saja. [anjing, dia itu pulang duluan biar aku yang bersihin sampahnya apa gimana?]
pemuda itu dengan kasar mengambil sampah milik dalu kemudian berdiri dari duduknya. candra memilih untuk menyusul dalu meninggalkan tempat itu. langit sudah hampir gelap, candra malas dimarahin pipinya karena pulang terlalu larut.
—g & j.